Selasa, 29 Desember 2009

Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam naungan-Nya











Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
” Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam naungan-Nya yaitu:
  1. Imam (pemimpin) yang adil;
  2. Pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah pada Allah;
  3. Orang yang hatinya selalu terikat pada masjid;
  4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah pula;
  5. Seorang lelaki yang dirayu oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan tetapi ia menolaknya seraya berkata ‘Aku takut kepada Allah’;
  6. Orang yang bersedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya; dan... 
  7. Seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian lalu menitikkan airmatanya.”
(HR. Bukhari Muslim)

Sumber gambar: mudz069.wordpress.com

Minggu, 29 November 2009

9 tips memberi nama anak...

9 tips memberi nama anak...

1. Nama itu mengandung do'a.
Nama anak itu cermin harapan orang tua. Nama itu mengandung Do'a.Tetapi
do'anya yang singkat saja. Kalau terlalu panjang nanti dikira Tahlil

atau Wirid. Kalau dipanggil bukannya nengok, malah bilang "Amiinn.."

2. Nama jangan nyusahin orang Kelurahan
Nama anak mudah dibaca dan mudah ditulis. Meskipun tampaknya
bagus,jangan pakai huruf mati yang digandeng-gandeng atau
didobel-dobel
(mis. ZSakymyn, Nikky noppo, Boyzand,  Thulkym dll). Biasanya sama petugas Kelurahan akan
terjadi salah tulis dalam pembuatan Akta Kelahiran, Kartu Keluarga, KTP
dll. Nah... nggak enaknya lagi kalo kita minta revisi biasanya kena biaya lagi... dan prosesnya lama lagi.

3. Nama jangan cuma satu kata
Minimal ada First Name, Nick Name dan Family name gitu loh.... Ini
penting terutama kalo pas lagi ngurus Paspor atau Visa. Nggak jadi

berangkat ke Amrik hanya gara-gara namanya cuma Prakoso atau Pamuji

atau Paryono khan kesiaan... klo dah terlanjur biarin aja...krn ortu dulu lom ada email...


4. Nama jangan terlalu panjang
Nama yang panjang bererot bisa bikin susah si pemilik nama. Disamping
susah ngingetnya, juga ngerepotin waktu ngisi formulir pendaftaran
masuk Perguruan Tinggi Negeri (dulu UMPTN). Itu lho.. yang ngitemin

buletan-buletan pakai pensil 2B. Capeek khaan... Nama panjang seperti

Siti Hartati Riwayati Mulianingsih Adiningrum Semenanjung Malaka

.... adalah sangat-sangat not-recommended.

5. Nama anak bersifat internasional
Anak kita hidup dimasa depan, di era globalisasi dimana hubungan dengan
dunia internasional amat sangat intens. Jadi jangan mempersulit anak

dengan nama-nama yang sulit di-eja. Nama Saklitinov misalnya orang

Jepang nyebutnya Sakuritino, orang Sunda bilang aktinop orang Amrik

bilang Sechlaytinove. .. Syusah khaaannn Padahal maksudnya Sabtu Kliwon

Tiga November...


6. Ketahuilah arti nama anak
Ketahuilah arti nama anak. Jangan memberikan nama hanya karena enak
diucapkan atau bagus ditulisnya. Nama Jalmowono memang sepintas enak

diucapkan dan bagus kalo ditulis tetapi ketahuilah bahwa Jalmowono itu

artinya Orang Utan, atawa maruto mambu artinya kentut
....

7.Jangan pakai nama artis.
Nama artis memang bagus-bagus, cuma masalahnya kalau artis itu
kelakuannya baik... lha kalau jadi bahan gosip melulu khan jadi beban
juga buat si anak. Lagian pakai nama artis itu tandanya anda gak
kreatif dalam bikin nama, ice trisnawati.. .ihh jangan ... ketauan ngejar harta..suaminya

ditinggal krn tuwir....kurang ajar kann.....

8. Abjad huruf pertama nama anak.
Huruf pertama "A" pada nama anak ada enak gak enaknya. Gak enaknya
kalau pas ada ujian/test/wawancar a sering dipanggil duluan (biarpun awalan A sambunganya harus Y or Z, biar
tempatnya diurutan ke 4 or 5) . masih sempet tanya ama Abdulah Amir . Tapi kadang-kadang juga pas giliran dapat pembagian apa gitu, dapetnya juga sering duluan rizky baik kaleee yeee. Cukupan lah... Huruf depan Z... wah..
biasanya adanya dibawah...


9. Jangan sok Kebarat-baratan
Jangan memberi nama anak dengan bergaya kebarat-baratan ( Arnold paijan, George Slamet, Ricard purnomo, Robert sugimin, dll), biar dibilang keren. Kudu diinget, anda lahir dibumi Indonesia , orang Indonesia, kultur ya tetap orang Indonesia . Kalau nama keindo-indoan, tapi mukanya ya melayu-melayu juga, malu sendiri kan , anaknya ya ortunya.. Lagian
kalo kejepit toh bilangnya "adawww...." bukan "Oh my God
.."

 Regards,

Dipi
" you 'll never know until you try it "

From:
detikhot@yahoogroups.com; on behalf of; diah puspitasari [missdipi@yahoo.com]
Foto:
http://divapress-online.com/index.php/buku/detail/250

Rabu, 25 November 2009

Big love for our moms

Madrasah Cinta

Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah? Sudah pasti jawabannya adalah kehamilan.
Seberapa jauh pun jalan yang harus ditempuh, seberat apa pun langkah yang mesti diayun, seberapa lama pun waktu yang kan dijalani, tak kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang bidan; "positif".
 
Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil di perutnya.
Seringkali ia bertanya; menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedih atau bahagiakah ia di dalam sana? Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta yang pernah diberikannya, ketika mati pun akan dipertaruhkannya asalkan generasi penerusnya itu bisa terlahir ke dunia.
Rasa sakit pun sirna sekejap mendengar tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang terus bercucuran. Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar.
 
Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak-anak. Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama rekan sekerja, teman sejawat, kerabat maupun keluarga, kecuali anak-anak.
Si kecil baru saja berucap "Ma..." segera ia mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada di daftar telepon. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka. Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah awal kesuksesannya. Meskipun di saat yang sama, pikirannya terus menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di tengah jalan.

"Demi anak", "Untuk anak", menjadi alasan utama ketika ia berada di pasar berbelanja keperluan si kecil. Saat ia berada di pesta seorang kerabat atau keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam tissue. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya. Tak jarang, ia urung membeli baju untuknya dan berganti mengambil baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia membeli baju si kecil. Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagi-lagi atas satu alasan, demi anak.

Di saat pusing pikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas, periksalah catatannya. Di kertas kecil itu tertulis: 1. Uang sekolah anak, 2. Beli susu anak, ... nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lain. Tapi jelas di situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi prioritasnya. Bahkan, tak ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan susu si kecil tetap terbeli. Takkan dibiarkan si kecil menangis, apa pun akan dilakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar.

Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan menjadi babby sitter yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi merdu menunggu suntingan sang pangeran. Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak mengganggu. Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen didongengkannya. Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik. Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya menceritakan dongeng ke sekian. Dalam kantuknya, ia terus pun mendongeng.

Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan anak-anak yang akan berangkat ke kampus. Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya selain suami dan anak-anak tercinta. Serta merta kalimat, "Sudah makan belum?" tak lupa terlontar saat baru saja memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil yang dulu kerap ia timang dalam dekapannya itu sudah menjadi orang dewasa yang bisa membeli makan siangnya sendiri di kampus.

Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama pasangannya, siapa yang paling menangis? Siapa yang lebih dulu menitikkan air mata?
Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera air mata dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. ia menangis melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin. Di saat itu, ia pun sadar buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi hanya miliknya. Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam harapnya ia berlirih, "Masihkah kau anakku?"

Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya kan berakhir. Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, "Bila ibu meninggal, ibu ingin anak-anak ibu yang memandikan. Ibu ingin dimandikan sambil dipangku kalian". Tak hanya itu, imam shalat jenazah pun ia meminta dari salah satu anaknya. "Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak yang shalih sejak kecil," ujarnya.

Duh ibu, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil ibu telah mengajarkan arti cinta sebenarnya. Ibulah madrasah cinta saya, sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran: cinta. Sekolah yang hanya ada satu guru: pecinta. Sekolah yang semua murid-muridnya diberi satu nama: yang dicinta.**


Sumber:

From: Suciati Amalia <Suciati.Amalia@prudential.co.id>
Date: 06-Apr-2006 17:29:39 ZE7
Foto:

http://duniaanda.com/mom-i-love-you-selamat-hari-ibu-yach.html